Jumat, 03 April 2015

Abg diperkosa kontol polisi


Abg diperkosa kontol polisisaya pertama kenal Vira ketika melihatnya menjadi model cover di sebuah majalah di Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua orang yang menatap Vira pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Vira. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam. 

Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Vira di rumahnya. 

Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Vira, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu? 

Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini. 

Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas kontol tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas ngentot tadi meminta STNK dan SIM saya. 

Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Vira yang duduk terdiam. "Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor", perintah Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota. 

Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan pantat Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan. 

Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata, "Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu." Sersan tadi menimpali, "Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!" Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua. 

Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke dalam. "Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!" Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Vira sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Vira berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira yang terus dipegangi oleh Sersan. "Wow, lihat dadanya." Vira terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh Vira hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Vira. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di atas kepala Vira. 

Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Vira. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Vira, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Vira mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira, sedangkan Vira hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya. 

Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak berdaya untuk menolong Vira yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Vira. Polantas mempunyai batang kemaluan polisi paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi homo itu tetap mendekatinya. 

"Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira." kata Polantas. 
"Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!" 
"Dia pasti sempit sekali", kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira. 
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Vira menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri. 
"Betul kan, masih sempit sekali." 

Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kontol besar polisi untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Vira. 

Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam. 
"Ayo dong manis, buka mulut kamu", kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Vira. 
"Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?" Vira tak bergeming. 
"Buka!" bentak Sersan. 
"Buka mulut kamu, brengsek!" Perlahan mulut Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vira dang nyepong kontol polisi

Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!" Vira membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Vira. 

"San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!" Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Vira yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Vira. "Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya." Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Vira, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya. 

"Saya keluuarrhh. Aaahh!" Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Vira, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Vira, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Vira meronta-ronta berusaha mencari udara. 

"Iyya.. yaah! Telleen semuaa! Aaahh.. aahh.. nikhmaatt!" 
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Vira langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Vira berusaha meludahkan sperma polisi yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, "Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!" 

Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Vira sekarang malah memegang pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya. 
"Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan.." 
"Aaahkk! Jangaan!" 
Vira menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan kontol ke dalam anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira. Vira terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya. 

Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli mendengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Vira tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Vira, kemudian menyembur ke pantat Vira dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Vira lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, "Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!" 

Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka menendang tubuh Vira agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Vira sementara Sersan berbaring di bawah Vira dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir. 

Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami. 
"Kalian boleh pergi." 
Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Vira. Kemudian saya membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, "Jangan Pak, ampun Pak, sakit.. ampuunn.. sakiit..". 

enaknya coli bareng rini

ngocok kontol bareng
enaknya coli bareng riniEntah kenapa sabtu sore itu,aku males sekali jalan sama pacarku. Niatan sih dirumah aja tapi baru jam 5 sore aku sudah bosan di rumah.
“Sial! Enaknya ngapain ya?” gerutuku dalam hati. “Sms Rini ah..” kemudian kuambil Hp ku; ‘hai,rin lagi diapain lo?’canda ku.
Rini teman kantor ku, kami sangat akrab. Kebetulan kami senang travelling, pernah kami jalan ke bali beberapa hari tentu saja tanpa sepengetahuan pacarku. Enaknya jika jalan sama Rini, dia cewe yang independent, tidak mau bergantung pada orang lain. Mungkin karena menyadari bahwa kami tidak ada komitment. Aku pun sangat menghormatinya. Tidak jarang saat travelling, untuk menghemat biaya kami CI bareng, tidur bareng satu ranjang tapi belum pernah kejadian macam2. Memang aku akui kalo wajah dia bukan typeku tapi yang lain, bodynya cewe banget! Apalagi buah dadanya itu lo, lumayan besar.
‘Teet teet..teet teet’ sms masuk ‘lagi di rumah, napa emang?gak ngapel lo?’.
kubalas ‘lagi cuti :-) nonton bokep yuk di Metropole bete nih’
kemudian ‘Ayo, jemput gw ya di UKI setengah jam lagi’
‘oke’, jawabku.
Rini tinggal di daerah Cibinong, aku sendiri belum pernah main ke rumahnya. Kami selalu janjian di UKI jika ingin jalan bareng.
Sesampainya di Metropole film akan segera diputar. Saat itu, kami nonton film X-men. Aku yang pilih, rini nurut aja.
Seperti biasa nonton ya nonton namanya sama teman. Film selesai jam 21.30.
“Laper nih makan yuk” ajak ku. Kemudian kami melangkah ke samping bioskop karena ada yang jual ayam bakar, lumayan enak.
Selesai makan, “Kemana lagi nih rin, mau balik lo?”
“Abis mau kemana lagi? tapi gw mau nginep di tante gw di rawasari” jawabnya.
“Emang lo mau kemana?”
“Lagi males balik nih, CI yuk?” jawabku asal.
“Orang gila! Kayak rumah lo jauh aja. Emang gak dicariin orang rumah?” seru nya.
“Yee..dibilangin lagi males balik, kalo orang rumah gampang deh. Mau kan?” aku sedikit memelas.
“Ya udah deh, kebetulah gw juga belum telpon tante gw kalo mo nginep. Mau CI dimana emang?” tanyanya kemudian.
“Deket sini aja, gw ambil motor gw dulu ya…”
Lima menit kemudian kami tiba di sebuah hotel di bilangan Cikini. Sebenarnya aku sudah beberapa kali CI di hotel tersebut dengan pacarku dan sepertinya rini faham akan hal itu. Karena saat petugas loby menawarkan antar. Aku bilang,’gak perlu mas, terima kasih’.
Aku gandeng rini menuju lift untuk naik ke lantai tiga.
“Udah sering CI disini ya?” tanyanya ketika berada di lift.
“Mau tauu..aja!” godaku.
Sesampainya di kamar, aku menyalakan AC, TV dan mencari channel yang menarik. Rini terlihat beradaptasi dengan ruangan kamar. Dia buka hordeng, melihat-lihat keluar sebentar dan menutupnya lagi. Kubuka soft drink yang sempat kubeli ketika di lobby.
“Mau?” kutawarkan ke Rini. Diambilnya sekaleng soft drink dari tanganku, diminumnya seteguk.
“Gw mandi dulu ya, badan kayaknya lengket nih” ucapnya kemudian.
“Gw juga, mandi bareng yuk” ujarku.
Dia mencibir, ” Dasar! emang berani?” tanpa melihatku dia berjalan ke kamar mandi dan menutup pintu.
Aku meneruskan liat tv sambil duduk diatas kasur. Mataku kearah tv tapi tidak dengan otakku. Tiga menit perang batin, akhirnya aku melangkah ke kamar mandi, ku ketuk pintu kamar mandi.
“Rin gw masuk ya..” ujarku.
“Mau ngapain?Gw udah telanjang nih” jawabnya dengan suara sedikit bergetar.
“Ya mau mandi lah” jawabku sambil memutar anak pintu. Ternyata tidak dikunci.
Kulihat rini berada dibawah shower siap untuk mandi tapi tubuhnya ditutup handuk, matanya melotot kearahku. Kuhampiri dia. Kami bertatapan. Saat bertatapan, aku buka pakaian dan celana jinsku, begitu pun underware. Kutarik perlahan handuk dari tubuh rini. Rini tidak melawan, keliahatannya sudah pasrah dengan kehendakku.
Kami sama sekali tidak berbicara hanya bertatapan tanpa berani melihat kearah lain. Kami sudah telanjang bulat. Kuraih kran shower, kuputar sedikit. Air memancar pelan, rini tercekat. Dibasuh rambut sebahunya dengan tangannya.
Aku ambil sabun, kutarik tubuhnya ke depan menjauhi shower dan mulai menyabuni tubuhnya bagian belakang. Rini diam aja tapi kurasakan tubuhnya bergetar. Perlahan kusapukan sabun ke bagian depan tubuhnya.
Buah dadanya.. seperti dugaanku besar hingga bergelayut indah. Pelan sekali kusapukan buah dadanya dengan kedua tanganku. Tiba2 kedua tangannya mendekap kedua tanganku, bukan untuk mencegah tetapi ikut mengusap perlahan kedua buah dadanya. Matanya terpejam menikmati usapan yang kami lakukan. Pentilnya mulai mengeras berbarengan dengan mengerasnya penisku. Setelah kurasa cukup menyabuni buah dadanya, tanganku mulai bergeser kebawah. Tangannya pun dilepas membiarkan aku menyabuni daerah perut. Dari perut aku pindah kebalakang mengusap pantatnya. Kutarik pantatnya, akhirnya kamipun berpelukan sambil aku mengusap dan menyabuni pantatnya. Tangannya mulai aktif ikut menyabuni tubuhku bagian belakang. Akhirnya kami saling mengusap, meremas tubuh kami.
Nafas kami mulai memburu, ingin rasanya kusudahi permainan ini dan segera menyetubuhinya. Tapi akal sehatku tak tega karena menyadari kami tidak ada komitmen.
“Ah, gimana entar aja!” pikirku. Kuputar tubuhnya membelakangiku, kusabuni vaginanya. Bulunya sangat lebat, kuusap-usap bibir vaginanya. Dia mulai mendesah.
“Akh…Anton….” kata pertama terucap setelah beberapa waktu kami menikmati mandi bareng tanpa berkata-kata.
“Kenapa Rin?” bisikku.
“Achh…mletek enack..terus..” desahnya.
Vaginanya semakin becek dan akupun mulai terangsang hebat. Kudorong dia ke shower untuk membilas tubuh kami.
Setelah tubuh kami bersih dari sabun, aku mulai menciumi pipinya ingin aku mencium bibir tapi aku masih merasa risih pada status kami saat itu. Dari bibir aku turun menciumi lehernya, tubuhnya menggelinjang. Dari leher aku terus turun kebuah dadanya. Kuciumi, kugigit bergantian. Sementara tangan kanan ku merambah vaginanya kembali, masih becek dan hangat. Kuusap Clitnya dengan jari tengahku, tubuhnya bergetar.
“Akh…Ton…” hanya itu yang terucap. Tubuhnya mulai bergerak mengimbangi gerakan jariku di clit-nya. Matanya sayu.Tangan kiriku memilin puting kirinya, sementara mulutku mengisap puting kanan.
“Shit! Ton..lo apaan gw??” desahnya. Aku makin bersemangat dan mulai mencolok vaginanya. Awalnya Rini menikmati, tapi saat ruas kedua jari tengahku mulai masuk tiba2 tangan kirinya menggemgam tanganku dan menahan laju masuk jariku.
“Jangan Ton, sakit.Gw belum pernah kayak gini” ujarnya tegas sambil menatapku tajam.
“Sory Rin, kita pindah ke kasur ya” ujarku sambil menggandeng tangannya.
“Tapi janji jangan di masukkin ya” jawabnya.
Aku diam, kurebahkan dia dikasur. Sebenarnya tadi dia hampir klimaks kalo saja dia tidak merasa sakit.
Aku jongkok di pinggir kasur, ku kangkang kedua kakinya. Kini vagina dengan bulu lebatnya berada tepat didepan mukaku.Dia berusaha bangkit.
“Rileks aja Rin, gw janji gak akan sakit lagi” dia menurut dan rebahan lagi.
Aku mulai dengan meniup niup vaginanya, dia mulai gelisah kembali. Kepalanya terangkat melihat kearahku. Untuk menenangkannya kupegang kedua tangannya dengan tanganku. Perlahan kusapukan lidahku ke vagina dari bawah terus keatas perlahan. Kepalanya bangkit lagi.
“Ougghh My God!” desisnya. “Hmm cewe yang religius ternyata” pikirku.
Aku mulai intens menyapu vaginanya, kusibakkan rambut lebatnya. Tangannya meremas sprei. Kepalanya bergerak kekiri kekanan.
“Akh…Enak banget sich Ton…Auuuuugghh” tubuhnya bergetar hebat.
Aku makin bersemangat, kucucuk-cucuk clitnya dengan mulutku. Benar saja saat aku mulai mengulum clitnya tiba2 tangan kanannya menjambak rambutku membenam kepalaku ke vaginanya.
Tubuhnya bangkit dan menegang. Matanya terpejam rapat.
“Akh…Aduchh…Aduch…hunk” jeritnya lirih. Sesaat kemudian di lepas jambakannya dan rebahan kembali. Dadanya naik turun, nafasnya memburu.
Aku naik keatas, dia menutup mukanya dengan kedua tangannya. Kuusap rambutnya, perlahan kubuka tangannya.
“Kenapa Rin? Enak gak” tanyaku.
“Enack Gila!”jawabnya sambil tertawa.
“Rin, gw terusin ya…”ujarku.
“Gimana? lo belum ya?” tanyanya.
“Gw tempelin penis gw ya di vagina lo, gak sakit kok” jawabku.
“Ya udah deh”..
Aku mulai mengambil posisi seperti orang mau senggama. Kuletakkan kontolnya bapak di celah vaginanya. Rini pasrah aja. Aku mulai menggerakkan pelan2. Vaginanya mulai becek lagi walaupun sebelumnya udah basah. Perlahan tapi pasti tubuhnya ikut bereaksi bahkan Rini mulai mendesah kembali. Aku mulai mendayung, gerakan Rini pun makin instens. Tangannya mulai mengarah kan pantatku untuk bergerak seirama dengannya. Birahikupun makin mendekati puncak. Dan…
Rini akan orgasme lagi. Tangannya makin keras menggerakkan pantatku. Rini diambang orgasmenya, gerakannya tidak beraturan. Tidak selaras lagi dengan gerakanku. Saat aku mendayung ke belakang, Rini meraih pantatku dan menariknya kedepan berbarengan dengan orgasmenya. Celakanya kontol ngacengku malah melesak masuk ke vaginanya…dalam…masuk seluruhnya!
Kepala Rini mendongak ke belakang. “ochhhhh…..” desisnya. Aku sekuat tenaga menahan untuk tidak keluar saat itu.
Penisku semakin berdenyut dan Rini mulai merasakan kalo penis ganteng ku ada di dalam vaginanya. Anehnya dia tidak merasakan sakit, mungkin karena sudah terlalu becek vaginanya.
“Masuk ya Ton…?” bisiknya.
“Iya..lo sih terlalu bersemangat…” jawabku dengan suara bergetar sambil menahan orgasme.
Kucabut perlahan, peret dan berdenyut menimbulkan sensasi luar biasa. Rini menahan nafas dan mendesah. Saat ujung penisku keluar, kuraih penisku dan muntahlah semua spermaku di perut rini sambil aku terus mengocok kontolku.
“Akhhh..” desisku.
Kurebahkan tubuhku disampingnya dan kamipun tertidur.
Keesokan paginya saat aku terbangun kudapati Rini sudah bangun dan baru selesai mandi.
“Kok gak bangunin gw? Kan kita bisa mandi bareng lagi” ujarku.
“Justru itu yang gw hindari, ntar kalo gw ketagihan gmana?” cibirnya.
“Ga apa2 lagi gw rela kok melayani, he 3x” jawabku.
“Iya enak di lo, trus gw gimana? udah ah jangan dibahas.”
“Cepet mandi trus kita sarapan dan anter gw ke tante gw ya.” jawabnya serius.
“oke, deh boss, twink” gurauku sambil mengedipkan mata.
Akupun mandi kemudian sarapan di kantin hotel. Saat sarapan kami lebih banyak diam. Sebenarnya banyak yang akan aku utarakan, setidaknya kata maaf tapi aku tahu saat itu dia sendiripun mungkin sedang bingung dengan kejadian semalam.
Selesai sarapan kami CO dan antar Rini sampai depan komplek rumah tantenya, itupun permintaan dia.
Sejak itu kami tidak jalan bareng lagi paling sms an aja. Sampai akhir aku menikah dengan pacarku